BIMBINGAN
BELAJAR AKADEMIK
DALAM
MEMBANTU KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling
Di susun
oleh
Kelompok
6
Heni
Yuliana (2C)
Oni
Himatul Aliyah (2D)
Sri Meinarsari (2D)
Risky
Diani (2C)
Syifa
Septiani (2C)
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Bimbingan
belajar merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik)
agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar, sehingga
setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar
yang optimal dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Dengan kata
lain tugas guru di sini adalah membantu peserta didik dalam mengenal, menumbuh
dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan,
serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Menurut
A J Jones, bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan
seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan masalah dalam
hidupnya.
Seorang
guru harus siap dengan tugasnya yaitu mengajar. Dalam pengertian mengajar,
diartiakan oleh Muhammad Ali dalam Siti Undari Suproborini ( 2003 : 16 )
yaitusegala upaya yang sengaja dalam rangka memeberi kemungkinan bagi siswa
untuk terjadinya proses belajar mengajar sesuai dengan kompetensi dasar dan
hasil belajar yang telah di rumuskan. Dari pengertian tersebut, maka guru
sebagai pengajar harus mampu menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan siswa
dapat memahami tentang apa yang diajarkan. Sehingga dapat mencapai keberhasilan
belajar.
Kemudian
oleh Ahmadi Pupriyono ( 1991 ) yang memaparkan bahwa kemampuan pada setiap
individu siswa tidak sama, ada yang cepat da nada yang yang lambat menagkap isi
pelajaran. Perbedaan individual itulah yang menyebabkan perlunya bimbingan
belajar. Oleh karena itu kita sebagai calon pendidik harus mengetahui bimbingan
belajar tersebut.
Tujuan
1. Menjelaskan
tentang latar belakang dan pengertian bimbingan pada umumnya dan bimbingan
belajar pada khususnya
2. Mengidentifikasikan
jenis-jenis layanan bimbingan dalam kaitannya dengan PBM
3. Menjelaskan
tentang posedur dan strategi layanan bimbingan belajar
4. Menyebutkan
dan menjelaskan beberapa metode dan teknik layanan bimbingan belajar.
A.
Pokok Bahasan
1. Latar
belakang dan bimbingan belajar.
2. Jenis
layanan bimbingan dalam kaitannya dengan PBM.
3. Prosedur
dan strategi layanan bimbingan belajar
4. Beberapa
metode dan teknik layanan bimbingan belajar.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
1. Latar Belakang dan Pengertian
Bimbingan
a.
Latar
Belakang
Lembaga
pendidikan pada umumnya dan sekolah-sekolah khususnya merupakan tumpuan harapan para
orangtua, siswa, dan warga masyarakat guna memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap dan sifat-sifat kepribadian utama, sebagai sarana
pengembangan karier, peningkatan status sosial, dan bekal hidup lainnya di
dunia kini dan akhirat nanti.
Meskipun
para guru telah berusaha melancarkan segala kompetisinya (antara lain menguasai
bahan, memahami sasaran didik, mengelola program, menggunakan strategi dan
metode, mengelola kelas serta kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat
bantunya) namun tatkala sampai pada suatu saat harus melakukan evaluasi
berdasarkan data dan informasi hasil pengukuran proses dan produk belajar, maka
para guru diharapkan kepada beberapa kenyataan, antara lain sebagai berikut.
1) Dengan
menggunakan criterion referenced
evaluation (CRE), dimana kriteria keberhasilan dinilai dari segi
tujuan-tujuan (dalam wujud perubahan perilaku dan pribadi) yang diharapkan
seperti yang dirumuskan dalam TIK-nya (dengan asumsi alat ukurnya dapat
dipercaya dan memenuhi syarat), akan ditemukan kualifikasi siswa sebagai
berikut.
a)
Mereka yang benar-benar dapat
menguasai pelajaran (mastery learning), seperti
yang ditujukan oleh angka nilai prestasinya yang tinggi (mendekati ukuran nilai
atau skor yang ideal), (qualified
students = siswa unggul).
b)
Mereka yang dinilai cukup menguasai
pelajaran, seperti yang ditunjukkan oleh angka nilai prestasi yang sedang atau
sekadar memadai batas lulus (minimum
qualified students = siswa papak)
c)
Mereka yang dinilai tidak atau
belum menguasai pelajaran, seperti yang ditujukan angka nilai prestasinya yang
berada dibawah ukuran batas lulus (passing
grade) sebagai minimum acceptable
performance, (unqualified students
= siswa asor )
Padahal,
mereka itu telah diberikan bahan oleh guru dan tempat, serta kesempatan dan
waktu (jam pelajaran) yang sama.
2) Berdasarkan
kapasitas (tingkat kecerdasan dan bakat) siswa sendiri untuk pelajaran dalam
bidang studi tertentu (dengan asumsi kondisi belajar telah disesuaikan dengan
perbedaan-perbedaan individual), akan ditemukan kualifikasi siswa sebagai
berikut.
a) Mereka
yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes
kemampuan belajarnya (overachievers =
siswa sukses).
b) Mereka
yang prestasinya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan (estimated, predicted) berdasarkan tes
kemampuan belajarnya (siswa wajar).
c) Mereka
yang ternyata prestasinya lebih rendah dari apa yang diperkirakan berdasarkan
hasil tes kemampuan belajarnya (under
achevers = siswa gagal).
3) Berdasarkan
waktu yang diterapkan (time allowed)
untuk menyelesaikan suatu program belajar (dengan asumsi, bahan dan kondisi
belajar diperkirakan sesuai dengan ketentuan waktu tersebut), maka akan kita
temui kualifikasi siswa sebagai berikut.
a) Mr=ereka
yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran atas pekerjaan lebih cepat dari
waktu yang disesuaikan untuk menyelesaikan pelajaran tersebut (rapid learner = siswa cepat).
b) Mereka
yang dapat menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan memang tepat sesuai dengan
waktu yang telah dialokasikan (siswa normal)
c) Mereka
yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran atau pekerjann berdasarkan
waktu yang telah ditetapkan (slow
learners = siswa lambat).
4) Dengan
menggunakan norm referenced (PAN) dimana prestasi seorang siswa dibandingkan
prestasi siswa lainnya (baik teman sekelompoknya ditempat yang sama maupun
ditempat lain) maka kita akan menemukan kategori siswa sebagai berikut.
a) Mereka
yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi
kelompoknya (higher group = siswa
unggul).
b) Mereka
yang prestasinya selalu berada di sekitar nilai rata-rata (mean) dari kelompoknya (overage
= siswa papak).
c) Mereka
yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (lower group = siswa sor).
Dalam
sistem pendidikan kita yang masih bersifat tradisional meskipun para guru
sebenernya telah mengetahui adanya kualifikasi siswa seperti digambarkan di
atas, karena pada umumnya mereka dikejar oleh suatu pandangan yang mengharuskan
bahan pelajaran diselsaikan pada waktu yang telah ditetapkan, maka mereka tidak
sempat menghiraukan para siswa tertentu (cepat-lambat, higher-lower, under-achiever, unqualified, dan sebagainya) yang
sebenarnya memerlukan perhatian khusus dalam proses kegiatan belajar-mengajar
sehari-hari. Pengambilan keputusan yang definitif, secara administratif baru
diambil pada saat menjelang akhir tahun atau prajurusan (pada tingkat dan jenis
sekolah tertentu), dimana ditetapkan:
a) Siswa
yang dapat dinyatakan naik tingkat kelas atau lulus (completers).
b) Siswa
yang dinyatakan harus mengulang program pelajaran tingkat/kelas yang sama (repeaters), bahkan
c)
Siswa yang dinyatakan harus
dikeluarkan dari sekolah (to be pushed
out, dropped out).
Dan
dari hal-hal tersebut akan menimbul beberarapa konsekuensi, diantaranya yaitu:
1) Bagi
para pengulang, ekses-ekses sosio-psikologis, pada umumnya karena
a) Kurangnya
motivasi untuk belajar (lack of
motivation).
b) Sikap
belajar yang kurang positif (negative
attidute).
c)
Perasaan kecewa atau putus asa (frustrated, negative feeling).
d)
Perasaan rendah diri dan percaya
diri (maladjusment, maladaptive
behavior).
2) Bagi
para putusan (drop outs) ekses-ekses
tersebut mungkin dapat bersifat lebih jauh dan lebih luas lagi yang dapat
menjangkau sendiri kehidupan masyarakat yang bersangkutan, misalnya:
a) Ada
juga yang terpaksa menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang sebenarnya
sia-sia atau kurang produktif.
b)
Ada juga yang melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu yang dapat dipandang menyimpang atau melanggar kaidah-kaidah sosial,
norma agama atau pandangan-pandangan yang berlaku (juvenile delinquencies).
Sudah barang tentu,
terdapatnya kualifikasi hasil belajar yang tertentu (unqualified, underchieves, low learner, lower group students)
dengan segala ekses yang dibawa oleh penamganannya secara tradisional seperti
digambarkan diatas, merupakan suatu hal yang sesungguhnya tidak diharapkan
terjadi dan mungkin dapat mengecewakan orang tua, siswa sendiri, maupun para
guru dan pejabat sekolah yang bersangkutan.
b.
Pengertian
Layanan Bimbingan (Guidance Services)
Para
ahli mendefinisikan layanan bimbingan itu dengan cara bervariasi, secara
ringkasnya dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Layanan
bimbingan (guidance services)
merupakan bantuan yang diberikan kepada individu tertentu.
2. Layanan
bimbingan bertujuan agar yang bersangkutan dapat mencapai taraf perkembangan
dan kebahagiaan secara optimal.
3. Dengan
layanan bimbingan, kita dapat menjalani proses pengenalan, pemahaman,
penerimaan, pengarahan, perwujudan, serta penyesuaian diri, baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Dalam
kaitannya dengan proses belajar-mengajar, pengertian layanan bimbingan yang
bersifat umum tersebut di atas, dapat dijelaskan lebih lanjut, sebagai berikut.
1) Layanan
bimbingan merupakan bantuan kepada individu tertentu.
2) Dengan
layanan bantuan itu diharapkan agar individu yang bersangkutan dapat mencapai
taraf perkembangan dan kebahagiaan yang optimal.
3) Layanan
bimbingan merupakan suatu proses pengenalan, pemahaman, penerimaan, pengarahan,
perwujudan, penyesuaian diri.
Oleh
karena itu, rangkaian kegiatan layanan ini mungkin dapat berupa:
a. Pengumpulan
informasi / data mengenai diri yang bersangkutan serta hal-hal yang relevan dan
bertalian dengan dirinya (inventory
services).
b. Pemberian
informasi kepada yang bersangkutan baik tentang keadaan dirinya,
program-programnya, rencana kariernya serta lingkungannya (information services).
c. Penempatan
yang bersangkutan pada program-program / jurusan / bidang studi, kelas /
kelompok belajar jenis-jenis kegiatan, dan sebagainya yang sesuai dengan latar
belakang dan kondisi objektif dirinya (placement
services).
d. Penyuluhan
dalam usaha meyakinkan diri atau keadaan dirinya sehingga yang bersangkutan
rela menerima dirinya, menyadari masalah-masalah yang dihadapinya, serta dapat
mencari dan memilih alternatif tindakan yang dipandang terbaik bagi dirinya (conseling services).
e. Sebagai
orang yang bertanggung jawab, guru atau pembimbing tentu mempunyai kewajiban
moral untuk melakukan tindakan atau usaha lanjutan seberapa jauh
kemajuan-kemajuan yang tercapai atau tidak oleh yang bersangkutan, guna
menetapkan strategi layanan, bantuan lebih lanjutan (evaluation and follow services).
2.
Jenis
Layanan Bimbingan dalam Kaitannya dengan PBM
a. Pengumpulan
informasi mengenai diri siswa, khususnya mengenai entering behaviornya
(disposisi segi-segi kognitif, afektif, serta psikomotornya) melalui pre
testing, mengenai kelemahan-kelemahan pola-pola sambutan belajar (response set and readiness), melalui
questioning dan observasi selama berlangsungnya proses interaksi belajar
mengajar dan mengenai tingkat penguasaan atau prestasi belajarnya melalui
postesting (inventory services).
b. Memberikan
informasi tentang berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang sesuai
dengan karakteristik siswa yang bersangkutan (information services).
c. Menempatkan
siswa dengan kelompok belajar atau memberikan program dan bahan, serta kegiatan
yang sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan (placement services)
d. Mengidentifikasikan
siswa yang diduga mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, memberikan
bantuan segera, melakukan diagnosis lebih lanjut dsb. (konseling services).
e. Membuat
rekomendasi tentang kemungkinan-kemungkinan usaha selanjutnya dengan membuat
rekomendasi kepada petugas bimbingan (konselor) atau guru bidang studi lain
(khusus) atau ahli lain.
f. Melakukan
remedial teaching atau enrichment kalau guru yang bersangkutan
memang mempunyai keahlian dalam bidang studi yang dimaksud.
3.
Prosedur
Umum Layanan Bimbingan Belajar
a.
Prosedur
Umum Layanan
Bimbingan
Suatu
layanan bimbingan belajar, pada umumnya memiliki beberapa tahap dalam
kegiatannya, antara lain:
1. Identifikasi
Kasus
Langkah ini dilakukan dengan
mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan. Ada kalanya siswa datang
langsung pada guru pembimbing untuk diberi bimbingan mengenai suatu
permasalahan dalam belajar yang sedang dihadapinnya. Namun, ada kalanya pula,
siswa enggan untuk mendatangi guru pembimbingnya dikarenakan beberapa alasan.
Maka, diperlukan suatu upaya lebih dari guru pembimbing untuk dapat memberikan
bimbingan pada siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan, namun enggan
dilakukan oleh guru pembimbing dalam memberikan bimbingan motivasi kepada siswa
tersebut, antara lain:
a.
Call
them approach
Langkah untuk memanggil
setiap siswa yang ada dan melakukan wawancara face to face, maka akan diperoleh
siswa yang perlu dibimbing.
b.
Manitan
good relations
Langkah ini dikenal
juga sebagai open door policy, yang mana diciptakan berbagai cara tidak
langsung untuk memperkenalkan berbagai jenis layanan yang akan diberikan guru
pembimbing untuk membantu siswanya yang tidak hanya terbatas pada hubungan
belajar-mengajar dikelas saja.
c.
Developing
a desire for conseling
Langkah ini dilakukan
jika siswa tidak menyadari akan masalah belajar yang dialaminya, maka dilakukan
lah cara:
1. Mengadministrasikan
tes intelegensi, bakat, minat, pretest atau post test dsb.
2. Megadakan
orientasi studi yang dibicarakan dan memperkenalkan karakteristik perbedaan
individual serta implikasinya bagi cara belajar-mengajar.
3. Mengadakan
diskusi tentang suatu masalah tentang kesulitan belajar.
d. Lakukan
analisis terhadap prestasi belajar siswa mengenai beberapa siswa yang menunjukan
kelainan-kelainan tertentu.
e. Lakukan
analisis sosiometris dengan memilih teman dekat diantar sesama siswa.
2. Identikasi
Masalah
Langkah ini dilakukan
untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh setiap siswa. Dalam
konteks PBM, permasalahannya dapat dialokasi dan dibatasi dengan ditanjau dari
tujuan proses belajar-mengajar:
a. Secara
subtansial material, hendaknya dialokasi pada bidang studi mana saja.
b. Secara
struktural-fungsional, permasalahan itu mungkin dapat dialokasikan pada salah
satu jenis dan tingkat kategori belajar proses-proses mental adri 8 kategori
belajar menurur Gagne.
c. Secara
behavioral, permasalahan mungkin terletak pada salah satu jenis dan tingkat
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
d. Mungkin
terletak pada salah satu atau beberapa aspek kepribadian siswa.
3. Diagnosis
Dalam konteks PBM,
kemungkinan faktor penyebab permasalahan yaitu terletak pada:
a. Raw
input
b. Instrumental
input
c. Empiromental
input
d. Tujuan
pendidikan
Cara
yang dapat dilakukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kemungkinan
faktor penyebab permasalahan diatas antara lain:
a. Untuk
mendeteksi Raw input, perlu diadakan tes psikologi, skala penilaian sikap,
wawancara bimbingan dengan yang bersangkutan, inventory, dsb.
b. Untuk
mendeteksi instrumental input, perlu dilakukan review terhadap
komponen-komponen sistem intruksional yang bersangkutan dengan diadakan
wawancara dan studi dokumenter.
c. Untuk
mendeteksi enviromental input, perlu dilakukan observas dengan analisis
anekdotal rekors, kunjungan rumah, wawancara dengan yang bersangkutan.
d. Untuk
mndeteksi tujuan-tujuan pendidikan, perlu dilakukan analisis rasional,
wawancara, dan studi dokumenter.
4. Mengadakan
Prognosis
Langkah ini dilakukan
setelah beberapa langkah sebelumnya telah dilakukan, dan memberikan hasil.
Selanjutnya, dapat diperkirakan tentang cara mana yang mungkin dilakukan.
Proses pengambilan keputusan pada tahap ini tidak dialakukan secara
tergesa-gesa, dan sebaiknya melalui serangkaian konverensi kasus.
5. Melakukan
tindakan remedial atau membuat referral (rujukan)
Jika jenis permasalahan
yang dihadapi berhubungan dengan lingkungan belajar-mengajar dan guru masih
sanggup mengatasi, maka perlu dilakukan tindakan remedial. Namun, jika
permasalahannya sudah menyangkut aspek lain yang lebih luas lagi, maka seorang
guru perlu melakukan referral pada ahli yang kompeten di bidangnya.
6. Evaluasa
dan Follow Up
Langkah apapun yang
telah di tempuh oleh seorang guru, langkah evaluasi atas usaha pemecahan
masalah tersebut seyogyanya dilakukan.
b.
Strategi
Layanan Bimbingan
Ada dua cara pendekatan
dalam menggariskan strategi layanan bimbingan, yaitu:
1. Berdasarkan
jenis dan sifat kasus yang dihadapinnya.
Sesuai dengan sifat
permasalahannya, layanan bimbingan dapat diberikan kepada siswa sebagai
individual dan dapat pula diberikan kepada individu dalam kelompok.
a. Layanan
bimbingan kelompok, diselenggarakan bila:
1. Terdapat
sejumlah individu yang mempunyai permasalahan yang sama.
2. Terdapat
masalah yang dialami oleh individu, namun perlu adanya hubungan dengan orang
lain. Layanan bimbingan ini dapat dilakukan dengan cara formal, seperti
diskusi, ceramah, remedial teaching, sosiodrama dan sbg. Informal seperti
rekreasi, karya wisata, student self goverment, pesta olahraga, pentas seni,
dan sbg.
b. Layanan
bimbingan individual
Layanan ini dapat
digunakan jika permasahan yang dihadapi individu itu lebih bersifat pribadi dan
memerlukan beberapa proses hal mana dapat dilakukan oleh guru atau ahli
psikolog. Mungkin juga orang tua yang bersangkutan yang akan melakukannya.
2. Berdasarkan
Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Matehewson
mengidentifikasi 3 strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan, sebagai
berikut:
a. The strategy guidence thoughtout
the classroom (strategi bimbingan melalui kegiatan
kelas)
Dalam strategi ini
bimbingan melalui kelas, ada slogan yang berbunyi “every teacher is a guidance
worker” yang artinya bahwa setiap guru adalah petugas bimbingan. Slogan ini
menjiwai seluruh pemikiran dan praktik layanan sehingga bimbingan dapat selalu
terlaksana.
b.
The
strategi of guidance throught supplementary services (strategi
bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suolementer)
Dalam strategi
bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suplementer ini dapat dilakukan
oleh petugas khusu yang ditunjukkan guna mengatasi masalah pokok secara
terpilih. Strategi ini merupakan pola layanan bimbingan pendidikan dan
vokasional.
c.
The
strategy of guidance as a comprehensive process troughtout the whole curriculum
and community (strategi bimbingan sebagai suatu proses
yang komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat)
melibatkan semua komponen personalia sekolah, siswa, orang tua, dan wakil-wakil
masyarakat. Strategi ini memerlukan fasilitas yang lebih lengkap dan menuntut
terciptanya suatu kerjasama yang harmonis diantara semua komponen yang
terlibat.
4.
Beberapa
Sistem dan Teknik Layanan Bimbingan
a.
Berapa
sistem pendekatan layanan bimbingan
1. Pendekatan
Direktif, suatu proses pendekatan yang mana menjadi pusatnya yaitu konselor,
bukan klien. Dalam pendekatan ini, Williamson mengemukakan beberapa alasan
dilakukannya pendekatan ini antara lain:
o
Anak yang belum matang mendiagnosis
sendiri, sukar memecahkan masalah yang dihadapinnya tanpa bantuan pihak lain.
o
Anak yang berkesulitan, walaupun telah
diberi arahan untuk melakukan suatu agar dapat mengatatasi masalahnya, tetap
saja tidak berani melakukannya.
o
Mungkin ada masalah yang berat untuk
dipecahkan oleh anak tanpa bantuan orang lain.
2. Pendekatan
Non-Direktif, adalah suatu proses pendekatan yang mana menjadi pusatnya yaitu
klien bukan konselor. Dalam pendekatan ini Cart Rogers mengemukakan beberapa
alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o
Tiap individu mempunyai kemampuan yang
besar untuk menyesuaikan diri serta mempunyai dorongan yang kuat untuk berdiri
sendiri
o
Pembimbing hanya sebagai pengantar dan
membantu klien dalam menciptakan suasana damai.
3. Pendekatan
Elektik, dalam pendekatan ini FP
Robinson mengemukakan beberapa alasan dilakukannya pendekatan ini, antara lain:
o
Masalah dan situasi penyuluh selalu
berbeda yang tak terbatas pada satu bidang kehidupan.
o
Langkah-langkah pembimbing harus selalu
disesuaikan dengan keperluan yang dituntut oleh situasi pembimbing.
b.
Teknik
Layanan Bimbingan Belajar
Ada beberapa teknik
layanan bimbingan yang dapat dilakukan oleh seorang guru pembimbing yaitu
antara lain:
1. Menghimpun
data dan informasi mengenai individu yang bersangkutan.
2. Menciptakan
hubungan yang baik dengan klien serta memberikan informasi yang meyakinkan dan
memberikan pilihan yang dapat dilakuan untuk mengatasi masalahnya.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Lembaga
pendidikan pada umumnya dan sekolah-sekolah khususnya merupakan tumpuan harapan para
orangtua, siswa, dan warga masyarakat guna memperoleh pengetahuan, keterampilan,
sikap dan sifat-sifat kepribadian utama, sebagai sarana pengembangan karier,
peningkatan status sosial, dan bekal hidup lainnya di dunia kini dan akhirat
nanti.
Meskipun
para guru telah berusaha melancarkan segala kompetisinya (antara lain menguasai
bahan, memahami sasaran didik, mengelola program, menggunakan strategi dan
metode, mengelola kelas serta kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan alat
bantunya) namun tatkala sampai pada suatu saat harus melakukan evaluasi
berdasarkan data dan informasi hasil pengukuran proses dan produk belajar, maka
para guru diharapkan kepada beberapa kenyataan.
Para
ahli mendefinisikan layanan bimbingan itu dengan cara bervariasi, secara
ringkasnya dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Layanan
bimbingan (guidance services)
merupakan bantuan yang diberikan kepada individu tertentu.
2. Layanan
bimbingan bertujuan agar yang bersangkutan dapat mencapai taraf perkembangan
dan kebahagiaan secara optimal.
3. Dengan
layanan bimbingan, kita dapat menjalani proses pengenalan, pemahaman,
penerimaan, pengarahan, perwujudan, serta penyesuaian diri, baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Jenis
Layanan Bimbingan dalam Kaitannya dengan PBM
Pengumpulan
informasi mengenai diri siswa, khususnya mengenai entering behaviornya
(disposisi segi-segi kognitif, afektif, serta psikomotornya) melalui pre
testing, mengenai kelemahan-kelemahan pola-pola sambutan belajar (response set and readiness), melalui
questioning dan observasi selama berlangsungnya proses interaksi belajar
mengajar dan mengenai tingkat penguasaan atau prestasi belajarnya melalui
postesting (inventory services).
Memberikan
informasi tentang berbagai kemungkinan jenis program dan kegiatan yang sesuai
dengan karakteristik siswa yang bersangkutan (information services).
Menempatkan
siswa dengan kelompok belajar atau memberikan program dan bahan, serta kegiatan
yang sesuai dengan karakteristik siswa yang bersangkutan (placement services)
Prosedur umum layanan bimbingan belajar meliputi :
1. Identifikasi
Kasus
2. Identikasi
Masalah
3. Diagnosis
4. Mengadakan
Prognosis
5. Melakukan
tindakan remedial atau membuat referral (rujukan)
6. Evaluasa
dan Follow Up
Strategi
Layanan Bimbingan
1. Layanan
bimbingan kelompok
2. Layanan
bimbingan individual
Berdasarkan
Ruang Lingkup Permasalahan dan Pengorganisasiannya
Matehewson
mengidentifikasi 3 strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan, sebagai
berikut:
a.
The
strategy guidence thoughtout the classroom (strategi
bimbingan melalui kegiatan kelas)
b.
The
strategi of guidance throught supplementary services (strategi
bimbingan melalui layanan khusus yang bersifat suolementer)
c. The strategy of guidance as a
comprehensive process troughtout the whole curriculum and community
Beberapa
Sistem Pendekatan Layanan Bimbingan
1.
Pendekatan Direktif
2. Pendekatan
Non-Direktif
3.
Pendekatan Elektik
Teknik
Layanan Bimbingan Belajar
Ada
beberapa teknik layanan bimbingan yang dapat dilakukan oleh seorang guru
pembimbing yaitu antara lain:
1. Menghimpun
data dan informasi mengenai individu yang bersangkutan.
2. Menciptakan
hubungan yang baik dengan klien serta memberikan informasi yang meyakinkan dan
memberikan pilihan yang dapat dilakuan untuk mengatasi masalahnya.
2. Saran
Dengan
mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu
penulis masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan, terutama
dari Dosen. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis.
BAB
IV
SOAL/LATIHAN
A.
Soal
1. Apa
yang dimaksud dengan layanan bimbingan?
2. Sebutkan
rangkaian kegiatan dalam layanan bimbingan belajar!
3. Sebutkan
prosedur umum layanan bimbingan!
4. Sebutkan
3 strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan menurut Matehwson!
5. Apa
yang dimaksud dengan pendekatan Direktif?
6. Apa
yang dimaksud dengan pendekatan Non-Direktif?
7. Teknik
layanan bimbingan apa saja yang dapat dilakukan oleh guru?
8. Sebutkan
macam-macam sistem pendekatan layanan bimbingan!
9. Sebutkan
alasan dilakukannya pendekatan Elektik!
10. Konsekuensi
apa saja yang akan timbul bagi para pengulang?
B.
Jawaban
1. Layanan
bimbingan (guidance services) merupakan bantuan yang diberikan kepada individu
tertentu.
2. Rangkaian
kegiatan dalam layanan bimbingan belajar, yaitu:
a)
Pengumpulan informasi
b)
Pemberian informasi
c)
Penyuluhan
d)
Penempatan program / jurusan.
e)
Tindakan / usaha lanjutan dari guru dan
pembimbing.
3. Prosedur
umum layanan bimbingan belajar, yaitu:
a)
Identifikasi kasus
b)
Identifikasi masalah
c)
Diagnosis
d)
Mengadakan prognosis
e)
Melakukan tindakan remedial/ membuat
referal (rujukan)
f)
Evaluasi dan follow up
4. 3
strategi umum penyelenggaraan layanan bimbingan menurut Matehwson, yaitu:
a)
Strategi bimbingan melalui kegiatan
kelas
b)
Strategi bimbingan melalui layanan
khusus yang bersifat soulmenter
c)
Strategi bimbingan sebagai suatu proses
yang komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat.
5. Pendekatan
Direktif merupakan suatu proses pendekatan yang mana menjadi pusatnya yaitu
konselor bukan klien.
6. Pendekatan
Non-Direktif adalah suatu proses pendekatan yang mana yang menjadi pusatnya
yaitu klien bukan konselor.
7. Teknik
layanan bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu:
a)
Menghimpun data dan innformasi mengenai
individu yang bersangkutan.
b)
Menciptakan hubungan yang baik dengan
klien serta memberikan informasi yang meyakinkan dan memberikan pilihan yang
dapat dialakukan untuk mengatasi masalah.
8. Macam-macam
sistem pendekatan layanan bimbingan, yaitu:
a)
Pendekatan Direktif
b)
Pendekatan Non-Direktif
c)
Pendekatan Elektik
9. Alasan
dilakukannya pendekatan Elektik, yaitu karena:
a)
Masalah dan situasi penyuluh selalu
berbeda yang tak terbatas pada satu bidang kehidupan.
b)
Langkah-langkah pembimbingan harus
selalu disesuaikan dengan keperluan yang dituntut oleh situasi pembimbing.
10. Konsekuensi
yang akan timbul bagi seorang pengulang diantaranya yaitu:
a)
Kurangnya motivasi belajar
b)
Sikap belajar yang kurang positif
c)
Perasaan kecewa atau putus asa
d)
Perasaan rendah diri dan percaya diri
DAFTAR PUSTAKA
Abin, S.M. (2007)
Psikologi Kependidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar